Bismillahirrahmanirrahim…
Dalam shahih Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda:
"Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal darah, apabila dia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila dia rosak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal darah itu ialah hati." (Muttafaqun `Alaihi, dari Nu`man bin Basyîr).
Hati.
Bicara hati.
Kekasih hati.
Makan hati.
Macam-macam yang kita kaitkan dengan hati. Pernah suatu ketika dahulu berdebat dengan kawan-kawan, hati itu apa sebenarnya? Adakah ia sekadar organ di dalam badan kita ataupun lebih daripada itu? Selalu juga bergaduh mengenai terjemahannya ke dalam bahasa inggeris: Is it the heart or the liver?
Namun, bila bercakap soal hati, kita akan cenderung menunjuk ke dada dan berkata: Hatiku… sakit, pedih, gembira, etc. Rasulullah SAW. juga pernah menegaskan, “Taqwa itu ada di sini”. Beliau mengulanginya sampai tiga kali sambil menunjuk ke dada beliau. (HR Muslim dari Abu Hurairah)
Apa yang pasti, hati itulah tempat di mana IMAN itu berada. Satu entiti yang sangat penting, bertindak bagaikan raja tubuh badan kita. Cuba bayangkan, andai seorang diktator yang memerintah negara, apa yang akan terjadi pada rakyat dan kerajaannya? Semuanya akan HANCUR, semua akan sengsara, dek ketua yang hanya mementingkan nafsu duniawi sahaja.
Samalah dengan hati kita, andai hati kita kotor, berkarat dek cengkaman jahiliyyah, adakah kita mampu untuk menolak godaan-godaan nafsu dan syaitan? Adakah hati kita mampu untuk tetap berada di atas landasan yang betul? Adakah anda pasti anda tidak akan hanyut?
Teringat sekejap pada trailer Hafalan Shalat Delisa yang menyebabkan air mata bergenang, sinopsisnya juga cukup menyentuh hati. Ia membuatkan diri terfikir kembali, muhasabah diri, ke mana perginya kesucian hati seorang anak kecil yang ada pada diri ini suatu ketika dahulu? Hati yang putih bersih tanpa tompok-tompok kejahilan. Bersih tanpa kotoran kehinaan. Bersih sebersihnya.
Hati seorang anak kecil, betapa bersihnya ia tanpa sebarang titik hitam mudah mengenal kesalahan diri dan juga mudah menerima kebenaran, nasihat dan teguran. Namun, kini? Lihatlah, betapa ramainya manusia yang degil, enggan menerima kebenaran, malahan ada yang menolaknya mentah-mentah. Itu belum dikira anak-anak yang derhaka pada ibu bapa, mengabaikan kata-kata mereka semata-mata untuk mengejar keseronokan dunia.
Hal ini turut disebut di dalam Al-Quran, berkenaan kisah kaum Nabi Nuh,
“Dan sesungguhnya aku, tiap-tiap kali menyeru mereka (beriman) supaya Engkau mengampunkan dosa-dosa mereka, - mereka menyumbatkan telinganya dengan jari masing-masing, dan berselubung dengan pakaiannya, serta berdegil dengan keingkarannya, dan berlaku sombong takbur dengan melampau.” (QS 71:7)
Anda mungkin tidak bertindak sebegitu rupa, namun hati yang tidak bersih bagaikan ada penghadang, satu tembok lutsinar yang menyebabkan kita susah untuk menerima sesuatu kebenaran. Percayalah, diri ini pernah begitu. Betapa ruginya pemilik hati-hati ini(dan juga diri ini suatu masa dahulu), mereka tidak dapat mengecapi keindahan cahaya islam yang pasti membawa kepada kebahagian abadi, dilimpahi nur kasihNya yang hakiki.
Memang diakui, kita bukanlah nabi yang maksum, mahupun wali-wali yang mahfuz. Namun, kita punya pilihan untuk berubah. Kita punya PILIHAN. Marilah kita menjadi orang-orang yang beruntung seperti di dalam firman Allah,
"Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan, Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. 91:8-10)."
Bagaimana membersihkan hati? Antaranya adalah melalui zikir, muhasabah untuk mengenalpasti apakah elemen-elemen jahiliyah di dalam kehidupan anda dan jauhilah ia.
“Tiap sesuatu itu ada penggilapnya. Penggilap hati ialah zikrullah. Tidak ada (perbuatan) yang lebih menyelamatkan seseorang dari ‘azab Allah lain dari zikrullah.” Sahabat bertanya: “Jihad fisabilillah pun tidak boleh (menandinginya).” Jawab Rasulullah SAW: “Walaupun ia terus mencantas musuh dengan pedan sampai patah.” (Hadith riwayat al-Baihaqi)
InsyaAllah, hati yang bersih akan bercahaya, seterusnya menimbulkan akhlak-akhlak mahmudah, bicara yang penuh hikmah, dan semestinya doa menjadi lebih mustajab. Hati juga akan menjadi hidup, ia akan sentiasa mengingati Allah dan menjadi lebih sensitif terhadap semua suruhan dan laranganNya.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut “Allah”, gementarlah hati mereka, dan apabila dibaca ayat-ayatNya, bertambahlah imannya dan kepada tuhanlah mereka bertawakkal.”
(QS 8: 2)
Marilah bersama-sama kita berusaha menyucikan kembali hati kita, agar tergolong dalam golongan yang mendapat redhaNya, insyaAllah. Akhir kata,
Hati tempat jatuhnya pandangan Allah
Jasad lahir tumpuan manusia
Utamakanlah pandangan Allah
Daripada pandangan manusia
(Mata Hati-Hijjaz)
Wallahualam.
Post a Comment